Malam habis pulang dari gereja, gue memutuskan untuk mampir diwarung saraba pinggir jalan. Hari ini juga jadwal gue seperti biasanya buat jemput sepupu ditempat kerja. Gak suka kerjaan yang bisa dibikin satu kali tapi harus jadi dua kali, maka gue putuskan gak pulang rumah habis dari gereja, supaya sekalian buat jemput sepupu.
Mampir diwarung saraba sambil nunggu waktu buat jemput, tiba-tiba gue dilema dengan keadaan yang sering gue alami dalam hari-hari gue. Bukan soal cowok, pacar atau apapun yang menyangkut tentang percintaan, tapi kondisi perut gue.
Warung saraba ini udah jadi tempat favorit gue buat nongkrong dan nyantai. Disini bukan hanya ada minuman saraba atau yang biasa orang kenal minuman yang dicampur pake jahe, susu dan juga telur, tapi ada tambahan buat cemilan yaitu pisang goreng dan kue lalampa (gue gak tau nama kue ini disebut apa kalau diluar Manado) namun yang pasti ini kue dibungkus pake daun pisang, dan isinya ada nasi dan ikan sebelum dihidangkan dia harus diasapin gitu dulu pokonya. Menjadi tempat favorit, gue sangat suka dengan cemilannya apalagi pisang goreng. Pisang goreng diwarung ini enak, ditambah dengan sambalnya yang pedes dicampurin kecap dikit dan pisang gorengnya masih panas-panas ketika mau dimakan. Ngiler!
Loe bisa terbawa dengan cerita pisang goreng itu, tapi gue yang siksa. Loh kok iya?. Iya jujur gue tersiksa. Gue dari kecil udah terbiasa makan makanan yang pedes-pedes sehingga dampaknya pada perut alias penyakit mules yang udah jadi langganan karena hobi ini.
Sungguh, sangat tidak enak rasanya loe punya hobi makan pedes tapi mules harus jadi penghambatnya, dan sambal diwarung saraba ini yang salah satunya sering mengganggu hobi gue. Dilema yang gue rasa itu sungguh berat dan menyiksa, sambil nunggu buat jemput gue mesan saraba aja tapi padahal dalam hati, pikiran dan jiwa serasa udah berontak. Seperti ada yang ganggu dan bisikin, "gila pisang itu yang baru habis digoreng, masih panas-panas ditambah sambal pake kecap pula beneran loe gak mau?". Tapi perut juga melawan, " tahan,tahan. Apa kamu lupa setiap ditoilet karena kebanyakan makan pedas gayamu kayak cacing kepanasan kalau lagi kambuh mulesnya" (sambil membayangkan setiap kejadian ditoilet yang hampir sering dialami ). Setelah itu gue bisa menahannya, tapi itu belum selesai godaan terus berlanjut dan sampai akhirnya gak sanggup juga buat nolak godaan pisang beserta kawan-kawannya. Jadi malam itu sambil nunggu gue ditemani saraba, pisang goreng dan sambalnya. Sehingga dengan ini lengkaplah sudah, kesenangan yang akan dibarengi dengan penderitaan dan siksaan karena tidak sanggup menahan godaan, walaupun gue sendiri udah tahu akibat dan konsekuensinya nanti.
Pisang goreng, sambal, dan saraba
Sederhananya warung saraba ini



Komentar
Posting Komentar